Desa SUROWITI - Petilasan Sunan Kalijaga

Indonesia / Jawa Timur / Paciran /
 Upload a photo

Pesugihan di Gunung Surowiti Panceng-Gresik-Jawatimur PETILASAN SUNAN KALIJAGA Puncak Bukit Surowiti, Desa Surowiti, Kecamatan Panceng, Gresik GPS: -6.93148, 112.45199 Petilasan Sunan Kalijaga berada di Desa Surowiti, Panceng-Gresik. Dari pertigaan jalan raya masih sekitar 4 kilometer lagi. Memasuki kawasan Desa Surowiti traveler akan menjumpai lahan-lahan kosong yang dipenuhi hutan jati, sebagian lagi merupakan persawahan milik warga desa. Lokasi situs Sunan Kalijaga bisa dijangkau dengan angkutan umum dari terminal Kota Gresik (Terminal Bunder).

Traveler bisa naik angkutan antar kota jurusan Kota Lamongan. Berhenti di Desa Surowiti. Kenet bus akan membantu Anda menunjukkan lokasi wisata di Desa Surowiti ini. Banyak ojek motor siap mengantar Anda sampai di lokasi situs. Gua Jodoh berada tidak jauh dari Gua Langsih Untuk memudahkan wisatawan sampai ke lokasi situs, di sudut pertigaan terpasang papan penanda bahwa wisatawan telah memasuki lokasi wisata petilasan Sunan Kalijaga. Situs Sunan Kalijaga berada di atas bukit. Sebelum sampai ke tempat ini tersedia lahan parkir yang cukup luas. Masih perlu kira-kira 400 meter lagi untuk bisa sampai ke lokasi situs. Dan itu harus ditempuh dengan berjalan kaki melalui ratusan anak tangga melingkar menuju ke atas Bukit Surowiti.

Petilasan Sunan Kalijaga rupanya berada di ujung puncak Bukit Surowiti, sehingga setelah sampai ke atas kami masih berjalan beberapa puluh meter lagi, melewati rumah-rumah penduduk dan warung-warung penjual makanan minuman, sebelum akhirnya melihat pintu Petilasan. Petilasan Sunan Kalijaga akhirnya terlihat di kejauhan, dengan pintu masuk dicat warna hijau. Sebuah pohon sangat besar dan tinggi terlihat berada tidak jauh dari pintu Petilasan. Ada pula papan petunjuk ke arah Makam Empu Supo di sebelah kiri.

Petilasan Sunan Kalijaga dengan pintu masuk yang terbuka. Kuncen Petilasan rupanya tinggal di sekitar tanjakan yang pertama, dan sedang tidak berada di Petilasan saat itu. Papan penunjuk ke Goa Langsih tampak dipasang di samping pintu masuk Petilasan Sunan Kalijaga. Cungkup Makam Mbah Sloko dan cungkup Makam Mbah Singo Wongso yang berada di dalam kompleks Petilasan Sunan Kalijaga. Barangkali mereka adalah santri-santri Sunan Kalijaga. Petilasan Sunan Kalijaga dengan atap berbentuk limasan yang mengerucut, ornamen bulatan logam di puncaknya, atap susunan kayu yang menyerupai sisik, dan kaligrafi berbunyi “Allah” pada tembok di atas pintu. Sunan Kalijaga adalah keturunan Aryo Adikoro, yang lebih dikenal sebagai Ronggo Lawe, penguasa Tuban di masa awal Kerajaan Majapahit. Tuban ketika itu merupakan pelabuhan terbesar di Nusantara. Sunan Kalijaga lahir dengan nama Raden Mas Sahid, dari ayah bernama Raden Sahur (Tumenggung Wilwatikta, Adipati Tuban) dan ibu bernama Dewi Sukati, salah seorang puteri raja Majapahit. Raden Sahur adalah cucu buyut Ronggo Lawe. Nama Kalijaga berasal dari pertemuannya dengan Sunan Bonang, saat ia menjadi begal dengan julukan Brandal Lokajaya karena kekecewaannya pada ketidakadilan yang terjadi di tengah masyarakat ketika itu. Setelah ditundukkan Sunan Bonang, selama setahun Raden Mas Sahid diminta menjaga tongkat yang ditancapkannya di tepi kali dan ditugaskan memperdalam ilmu agama dari kitab yang ditinggalkannya.

Namun konon baru tiga tahun kemudian Sunan Bonang kembali untuk menjumpai Raden Mas Sahid. Karena kecerdasannya, kedalaman dan ketinggian ilmunya, kewaskitaannya, serta pendekatan yang dilakukannya dalam berdakwah dan berpolitik, Sunan Kalijaga termasuk salah satu dari Wali Songo yang paling disegani, dan sering disebut Wali Kutub atau leluhuring Wali Petilasan Sunan Kalijaga berada pada ketinggian 260 mdpl, dengan pemandangan yang luas ke wilayah di sekitarnya. Perkampungan yang ada di puncak bukit Surowiti ini dihuni oleh sekitar 100 keluarga. Sunan Kalijaga lebih suka berkelana dalam melakukan dakwah, sehingga tidak heran jika petilasannya bisa ditemukan di beberapa tempat, seperti yang ada di Situs Taman Kera dan Petilasan Sunan Kalijaga di Cirebon.

Mungkin selama dalam pengembaraannya itu ia menciptakan tembang Ilir-ilir dan Dandhang Gulo, serta menulis Kitab Serat Dewa Ruci dan Kitab Suluk Linglung. Gamelan Sekaten, yaitu Kanjeng Kyai Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Guntur Madu yang disimpan di Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, adalah juga peninggalan Sunan Kalijaga. Petilasan Sunan Kalijaga juga dikelilingi oleh makam-makam lain. Namun sepertinya tidak ada makam baru di sana. Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga membuat perumpamaan yang mudah dipahami masyarakat. Dikatakannya bahwa setelah petani selesai membajak sawah, tetap saja ada bagian tanah di sudut sawah yang belum terbajak, yang diartikan bahwa selalu ada kekurangan meskipun cita-cita telah tercapai.

Sunan Kalijaga mengajarkan bahwa Pacul terdiri dari tiga bagian. Pertama Pacul, Ngipatake Kang Muncul: dalam mengejar cita-cita ada banyak godaan yang harus dikesampingkan. Kedua Bawak, Obahing Awak: cita-cita dicapai dengan berupaya dan melakukan kerja keras secara fisik. Ketiga Doran, Dedongo ing Pangeran, dalam mengejar cita-cita jangan lupa untuk selalu memanjatkan do’a kepada Pangeran, Tuhan yang menguasai alam fana dan baka, yaitu Allah. Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada 1430-an, dan hidup dari jaman Majapahit sampai awal berdirinya Kerajaan Mataram, sehingga usianya diperkirakan mencapai 150 tahun. Makam Sunan Kalijaga berada di Kadilangu, Demak. Petilasan Sunan Kalijaga pintunya terkunci saat itu, dan kabarnya hanya dibuka pada hari-hari tertentu. Rumah kuncen juga cukup jauh, dan tidak ada nomor telepon yang bisa dihubungi, sehingga saya tidak bisa masuk untuk melihat isi ruangan. Haul akbar Sunan Kalijaga dilakukan setiap tahun oleh penduduk Surowiti, yaitu pada bulan Dzulhijjah, di Hari Kamis minggu terakhir. Pepohonan rindang berada di kawasan Gua Langsih dan Gua Jodoh Pada tikungan bukit yang tajam dilengkapi dengan pegangan dari pipa air yang kokoh sehingga sangat membantu anak-anak atau orang tua yang ingin menyaksikan situs dari dekat. Ternyata jauh di atas bukit mendekati lokasi situs kita akan menemukan pemukiman warga.

Siapa sangka di tempat yang terpencil seperti itu masih ada saja masyarakat yang bisa bertahan hidup di sana seperti layaknya masyarakat perkotaan. Ada ratusan rumah warga di Bukit Surowiti. Kualitas bangunannya juga terbilang lumayan, sarana ibadah seperti masjid dan sekolahan juga sudah berdiri di kawasan itu. Pipa-pipa paralon air tersusun rapi dari tandon besar atau sumur yang siap memasok air ke rumah-rumah warga. Jalanan desa juga sudah terpaving rapi. Ada cukup banyak situs warisan Sunan Kalijaga di Bukit Surowiti, diantaranya yang paling populer adalah Gua Langsih tempat pertapaan Sunan Kalijaga. Selain itu ada pusara Mpu Supo yang dikenal ahli membuat keris dan sakti mandraguna. Juga makam Raden Bagus Mataram yang dulunya dikenal dermawan. Makam Mpu Supo ahli keris (Adik Ipar Kanjeng Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Roso Wulan) di masa Majapahit Batu nisan Mpu Supo Makam Raden Bagus Mataram Batu nisan Raden Bagus Mataram Bila kunjungan dilakukan pada pagi-pagi benar mungkin kita akan bisa menikmati situs-situs itu secara lengkap. Yang meliputi gua jodoh, gua macan, rumah Lokajaya (nama muda Sunan Kalijaga), pring silir (bambu sebagai perwujudan tongkat Sunan Bonang), kali buntung (sungai tempat bertapa Sunan Kalijaga), bedug tiban.

Bedug Tiban, konon dulunya bedug yang dibuat Sunan Kalijaga untuk Masjid Demak tetapi lurang cocok dengan Masjid Demak yang cukup besar itu Tempat tinggal Lokajaya nama muda Sunan Kalijaga, di sini konon sang sunan melakukan ritual topo ngluwing Bila seseorang ingin dilancarkan bisnisnya maka ia melakukan ritual di makam Raden Bagus Mataram. Atau bila ingin memiliki ilmu kebal maka tapa bratanya dilakukan di makam Mpu Supo. “Kedua santri Sunan Kalijaga itu semasa hidupnya dikaruniai keistimewaan sendiri-sendiri oleh Yang Maha Kuasa” Mereka yang kesulitan mendapatkan jodoh konon bisa nglakoni ritual di Gua Jodoh agar dimudahkan mendapatkan pasangan yang diidamkan. Atau bermunajad di dalam Gua Langsih karena di dalam gua itu ada batu (watu) kijang yang diyakini akan memudahkan mencapai cita-cita yang didambakan bila ritual dengan memeluk batu itu.

Goa Langsih saya kunjungi sesaat setelah meninggalkan Petilasan Sunan Kalijaga di puncak Bukit Surowiti, Gresik, Jawa Timur. Goa Langsih konon adalah tempat tinggal Berandal Loka Jaya, nama julukan Raden Sahid sebelum mendapat pencerahan melalui Sunan Bonang, saat masih menjadi pemimpin begal. Papan petunjuk di depan Petilasan Sunan Kalijaga cukup membantu untuk menemukan arah menuju lokasi Goa Langsih. Goa Langsih dicapai dengan menuruni Bukit Surowiti pada sisi yang berlawanan dengan arah kami naik, melewati puluhan anak tangga yang lumayan curam namun tidak licin ketika ditapaki. Goa Langsih masih berlum terlihat ketika kami sampai di sebuah dataran yang cukup luas, dengan tebing pada satu sisi dimana dipuncaknya terdapat Petilasan Sunan Kalijaga. Goa Langsih terletak lebih ke bawah lagi dari dataran ini, dengan papan penanda sederhana dipasang di atas anak tangga yang menuju ke lokasi. Ada sebuah papan lain yang berisi petunjuk tata tertib berkunjung ke Goa Langsih, dibuat oleh Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Sebuah kontribusi yang pantas ditiru oleh sekolah dan perguruan tinggi lain. Papan ini menjelaskan bahwa ada 3 ruangan di Goa Langsih, yaitu ruang serambi sebagai ruang pertemuan, ruang tahanan sebagai tempat semedi, serta ruang kamar tidur yang disebut Goa Pelok. Disebutkan juga bahwa di dalam Goa Langsih terdapat air tetse yang sangat ajaib, namun tidak dijelaskan seperti apa keajaibannya. Goa Langsih disebut sebagai tempat sakral, dimana banyak terjadi kejadian di luar akal manusia, sehingga pengunjung diminta untuk menjaga kebersihan, ketertiban dan kesopanan; tidak melakukan hal-hal yang dipandang aib, dan wanita yang tengah haid sebaiknya tidak masuk goa. Papan tersebut juga menyebutkan bahwa sebelum masuk ke Goa Langsih, pengunjung diwajibkan mengisi kotak sedikitnya Rp.1.000 per orang agar diberikan kemudahan ketika masuk ke dalam goa. Ada dua pengunjung lain yang tiba terlebih dahulu di tempat ini. Ketika mereka menuruni anak tangga menuju Goa Langsih, saya pun menyusul di belakangnya.

Goa Langsih dicapai melalui anak-anak tangga yang lebih curam ketimbang anak tangga sebelumnya, namun jaraknya tidak sejauh turunan yang pertama. Pintu masuk Gua Langsih yang cukup sempit goa langsih goa langsihGoa Langsih dicapai dengan melewati sebuah celah sempit yang cukup dalam seperti terlihat pada foto di atas, yaitu setelah sampai di dasar anak tangga. Foto sebelah kanan adalah celah sempit yang dilihat dari dalam. Tangga menuju ruang bawah Gua Langsih yang terbuat dari balok kayu besar goa langsih goa langsihGoa Langsih ternyata berada di dalam perut bumi, dicapai dengan menuruni tangga kayu di sebuah lubang sempit yang hanya cukup untuk dilewati satu orang berbadan sedang, yang membuat saya batal turun ke bawah. Goa Langsih berada dalam perbukitan kapur, dengan tekstur dinding yang unik. Dinding bagian atas Gua Langsih Goa Langsih adalah salah satu dari dua gua yang ada di Bukit Surowiti. Gua yang lain disebut sebagi Goa Lumbung.

Tebing di dataran di dekat akses ke Goa Langsih ini kabarnya sering digunakan juga sebagai arena olah raga panjat tebing. Goa Langsih rupanya bisa diakses dari jalan menuju Makam Empu Supo, yang makamnya terlihat pada foto di atas. Empu Supo adalah putera Empu Supadriya, seorang bangsawan Majapahit berpangkat Tumenggung, yang menikah dengan adik Sunan Kalijaga bernama Dewi Roso Wulan. Tidak jauh dari Makam Empu Supo terdapat sebuah gua lain yang disebut Goa Macan, serta makam R. Bagus Mataram, seorang bangsawan Mataram kaya yang membawa hartanya menuju Surowiti untuk berguru kepada Sunan Kalijaga.

Copy and WIN : bit.ly/copy_win
Nearby cities:
Coordinates:   6°55'56"S   112°27'6"E

Comments

  • Sengaja menulis sedikit kesaksian untuk berbagi pengalaman, siapa tau ada teman-teman yang sedang kesulitan masalah ekonomi, saya salah satu pengamal yang tinggal jakarta, Mungkin saya salah satunya orang yang termakan ludah sendiri,dulu saya tidak percaya dengan takhayyul,dan sangat menatap negatif dengan yang dinamakan PESUGIHAN namun karena kehidupan yang semakin susah memaksa saya untuk mencari jalan pintas Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar 900juta saya stres hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya temukan website kyai ageng raden kusuma http://kyai-agengradenkusuma.blogspot.co.id/ awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi setelah saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi kyai ageng raden kusuma, kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan penarikan uang gaib 5Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti dan hanya 1 hari, Alhamdulilah akhirnya 5M yang saya minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya buat modal usaha, jika ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya sering menyarankan untuk menghubungi kyai ageng raden kusuma di 085219106237 Selain kekayaan yang saya dapatkan saya juga semakin dekat dengan tuhan, sebab pesugihan Kyai.AGENG RADEN KUSUMA yang saya ikuti bukanlah pesugihan yang menyimpang dari ajaran agama
This article was last modified 10 years ago