Pendopo Agung Sasono Utomo (DKI Jakarta)
Indonesia /
Jawa Barat /
Depok /
DKI Jakarta /
Jl. Taman Mini Indonesia Indah
World
/ Indonesia
/ Jawa Barat
/ Depok
/ Indonesia /
pusat komunitas
Tambahkan kategori
Pendopo Sasono Utomo merupakan bangunan utama bercorak arsitektur tradisional Jawa, joglo, berfungsi sebagai tempat menerima tamu terhormat, seperti kepala negara, kepala pemerintahan, atau tamu undangan penting lain pada acara resmi. Gedung Sasono Utomo disebut juga Gedung Joglo.
Pendopo Agung Sasono Utomo memiliki teras upacara yang letaknya lebih tinggi dari plaza. Seluruh ornamen gedung berpola tradisional dan naturalistik. Di bagian dalam terdapat empat tiang utama, disebut Soko Guru, terbuat dari kayu jati pilihan dengan ukiran Jepara menggambarkan kisah Ramayana. Keempat soko guru itu mengandung falsafah seputar kehidupan manusia, yakni kesetiaan seorang anak kepada orang tua; kerukunan antar-saudara, dan rasa setia saudara muda kepada saudara tua; dharma satryatama pahlawan untuk melenyapkan keresahan dunia demi keadilan dan kebenaran; dan setia bakti kesucian seorang wanita kepada suami serta tanggung jawab dan rasa sayang seorang pria kepada istrinya sebagai pancaran cinta kasih.
Soko guru pertama memuat cerita pertemuan Prabu Dasarata dengan putra-putranya untuk membahas rencana pengunduran dirinya dan penobatan Raden Ramawijaya sebagai raja baru. Namun permaisuri muda, Dewi Kekayi, memohon agar putranya, Raden Barata, dinobatkan sebagai raja, sementara Raden Ramawijaya diminta meninggalkan kerajaan selama 14 tahun. Prabu Dasarata mengabulkan permohonan tersebut, sedang Sang Ramawijaya pun menerima dengan lapang dada.
Soko guru kedua memuat kisah kesetiaan Barata terhadap Ramawijaya. Barata menyusul Ramawijaya ke hutan Dhandaka dan membujuk Ramawijaya agar mau kembali ke kerajaan untuk menjalankan pemerintahan. Ramawijaya menolak karena alasan menjalani tugas yang diterima dari ayahnya. Akhirnya, atas kesepakatan berdua, Ramawijaya menjadi raja, sedangkan Barata menjadi wakil sekaligus menjalankan roda pemerintahan.
Soko guru ketiga menggambarkan sikap kepahlawanan yang ditunjukkan oleh para resi dan brahmana di hutan Dhandaka ketika mendapat gangguan dari raksasa jahat Alengkadiraja. Para brahmana ini mendatangi tempat tinggal Ramawijaya untuk meminta bantuan. Berkat kesaktian Ramawijaya dan Laksmana, para raksasa pengganggu dapat dimusnahkan.
Soko guru keempat mengisahkan kesetiaan dan cinta kasih antara Rama dengan istrinya, Shinta. Shinta menolak berbagai upaya Rahwana untuk mendapatkannya. Sementara itu Rama, sang suami, berupaya membebaskan Shinta, betapapun sulitnya.
Sasono Utomo didirikan pada tahun 1975 dengan luas ruangan setelah renovasi tahun 2006 ± 3.000 m2 dan berdaya tampung ± 1.500 tempat duduk atau 2.500 orang berdiri. Selain digunakan untuk menerima tamu-tamu VIP (Very Important Persons), aula besar ini juga dapat disewa oleh masyarakat umum untuk keperluan upacara adat perkawinan, resepsi, seminar atau pameran berskala nasional dan internasional.
Pendopo Agung Sasono Utomo memiliki teras upacara yang letaknya lebih tinggi dari plaza. Seluruh ornamen gedung berpola tradisional dan naturalistik. Di bagian dalam terdapat empat tiang utama, disebut Soko Guru, terbuat dari kayu jati pilihan dengan ukiran Jepara menggambarkan kisah Ramayana. Keempat soko guru itu mengandung falsafah seputar kehidupan manusia, yakni kesetiaan seorang anak kepada orang tua; kerukunan antar-saudara, dan rasa setia saudara muda kepada saudara tua; dharma satryatama pahlawan untuk melenyapkan keresahan dunia demi keadilan dan kebenaran; dan setia bakti kesucian seorang wanita kepada suami serta tanggung jawab dan rasa sayang seorang pria kepada istrinya sebagai pancaran cinta kasih.
Soko guru pertama memuat cerita pertemuan Prabu Dasarata dengan putra-putranya untuk membahas rencana pengunduran dirinya dan penobatan Raden Ramawijaya sebagai raja baru. Namun permaisuri muda, Dewi Kekayi, memohon agar putranya, Raden Barata, dinobatkan sebagai raja, sementara Raden Ramawijaya diminta meninggalkan kerajaan selama 14 tahun. Prabu Dasarata mengabulkan permohonan tersebut, sedang Sang Ramawijaya pun menerima dengan lapang dada.
Soko guru kedua memuat kisah kesetiaan Barata terhadap Ramawijaya. Barata menyusul Ramawijaya ke hutan Dhandaka dan membujuk Ramawijaya agar mau kembali ke kerajaan untuk menjalankan pemerintahan. Ramawijaya menolak karena alasan menjalani tugas yang diterima dari ayahnya. Akhirnya, atas kesepakatan berdua, Ramawijaya menjadi raja, sedangkan Barata menjadi wakil sekaligus menjalankan roda pemerintahan.
Soko guru ketiga menggambarkan sikap kepahlawanan yang ditunjukkan oleh para resi dan brahmana di hutan Dhandaka ketika mendapat gangguan dari raksasa jahat Alengkadiraja. Para brahmana ini mendatangi tempat tinggal Ramawijaya untuk meminta bantuan. Berkat kesaktian Ramawijaya dan Laksmana, para raksasa pengganggu dapat dimusnahkan.
Soko guru keempat mengisahkan kesetiaan dan cinta kasih antara Rama dengan istrinya, Shinta. Shinta menolak berbagai upaya Rahwana untuk mendapatkannya. Sementara itu Rama, sang suami, berupaya membebaskan Shinta, betapapun sulitnya.
Sasono Utomo didirikan pada tahun 1975 dengan luas ruangan setelah renovasi tahun 2006 ± 3.000 m2 dan berdaya tampung ± 1.500 tempat duduk atau 2.500 orang berdiri. Selain digunakan untuk menerima tamu-tamu VIP (Very Important Persons), aula besar ini juga dapat disewa oleh masyarakat umum untuk keperluan upacara adat perkawinan, resepsi, seminar atau pameran berskala nasional dan internasional.
Kota terdekat:
Koordinat: 6°18'7"S 106°53'26"E
- Padepokan Pencak Silat Indonesia - TMII 1.2 km
- Kusuma Raga GOR & GSG 12 km
- Gereja Katholik Salib Suci 67 km
- GEREJA KATOLIK KRISTUS SANG PENABUR & Gua Maria Bunda Kristus Tebar Kamulyan 101 km
- Gereja Katolik Paroki St. Mikael Indramayu 159 km
- Komplek Villa Intan 2 187 km
- Gereja Katolik Hati Kudus Yesus 187 km
- Komplex Abdinegara 255 km
- Perumahan Texin 258 km
- rumah dinas TNI AD 283 km
- Museum Purna Bhakti Pertiwi 0.5 km
- Taman Mini Indonesia Indah (TMII) 0.6 km
- Miniatur Arsipel Indonesia 0.7 km
- Komplek Museum Keprajuritan 0.7 km
- Komplek Masjid At Tin 0.8 km
- Ceger 1.1 km
- Pinang Ranti 1.6 km
- Lubang Buaya 1.8 km
- Bambu Apus 1.9 km
- DKI Jakarta 10 km