Anjungan Provinsi Sulawesi Utara (DKI Jakarta)

Indonesia / Jawa Barat / Bekasi / DKI Jakarta

Anjungan Sulawesi Utara menampilkan dua buah rumah adat: rumah pewaris (walewangkoa) mewakili suku Minahasa dan rumah adat Bolaang Mongondow, dilengkapi dengan berbagai patung, seperti tokoh pejuang Bogani, penari cakalele, siow walian, patung anra, babirusa, dan burung maleo di halaman anjungan. Keadaan alamnya digambarkan melalui tiruan Gunung Kalabat, Danau Tondano, dan Danau Moat.

Pintu gerbang anjungan berhias burung manguni dan ular hitam di kedua tiangnya. Ukiran ular melambangkan kewaspadaan, sedang burung manguni dianggap hewan yang dapat memberi isyarat atau tanda melalui bunyinya pada malam hari. Keduanya dikeramatkan serta dianggap sebagai pemberi isyarat dari dunia atas dan dunia bawah.

Rumah pewaris atau walewangko merupakan rumah di atas tiang dan balok-balok yang mendukung lantai; dua di antaranya tidak boleh disambung. Kolong digunakan untuk menyimpan hasil bumi (godong). Pintu rumah terletak di depan, tetapi tangga naik terdapat di kiri dan kanan serta bagian tengah belakang rumah. Ruang paling depan, disebut lesar, tak berdinding, tempat kepala suku atau kepala adat memberikan maklumat kepada rakyat. Ruang kedua, sekey, merupakan serambi depan, berdinding, terletak setelah pintu masuk, berfungsi untuk menerima tamu dan menyelenggarkan upacara adat, serta tempat menjamu makan para undangan. Ruang tengah, disebut pores, tempat untuk menerima tamu yang masih ada ikatan keluarga serta tempat menerima tamu wanita. Di ruang tengah ini terdapat kamar-kamar tidur. Ruang makan keluarga serta tempat kegiatan sehari-hari wanita berada di bagian belakang, bersambung dengan dapur.

Di Anjungan Sulawesi Utara rumah pewaris atau walewangko digunakan untuk pameran dan peragaan aspek-aspek budaya. Di ruang depan terdapat kursi kebesaran Sulawesi Utara, yakni kursi kayu berukir dengan sandaran paduan dengan rotan. Ragam hiasnya bermotif burung manguni mengembangkan sayap, kelapa, cengkeh, pala, dan enau.

Selain itu terdapat pakaian pengantin Gorontalo, Minahasa, Bolaang Mangondow dan pakaian adat dari berbagai suku yang ada di Sulawesi Utara yang diperagakan dengan boneka besar. Juga terdapat berbagai hasil kerajinan tangan dari tanah liat serta beberapa lukisan dari kerang dan kulit pala. Adapun kantor anjungan menempati satu ruangan di bagian belakang.

Rumah adat Bolaang Mangondow beratap melintang dengan bubungan curam dan memiliki tangga di depan rumah, mempunyai serambi tanpa dinding. Ruangan dalam rumah induk terdiri atas ruang depan atau tempat makan dan ruang tidur. Dapur terdapat di bagian belakang.

Pada halaman anjungan terdapat tiruan waruga, yakni bangunan kubur di Minahasa, berupa batu berukir pola ular naga, manusia purba, binatang, bunga, dan dedaunan. Di samping itu terdapat tugu setengah patung, disebut siwo walian atau sembilan wali, berupa sembilan orang bersusun ke atas dengan posisi berbeda satu sama lain dengan burung manguni di puncaknya. Siwo walian merupakan cermin kepercayaan orang Minahasa, yang secara sederhana dapat ditafsirkan sebagai lambang gotongroyong.

Pada hari Minggu atau hari libur, Anjungan Sulawesi Utara menyajikan pentas seni daerah berupa tari dan musik, seperti tari cakalele, kolintang, musik bambu, musik bio, serta seni suara dengan lagu-lagu kawanua. Selain itu secara berkala diselenggarakan pula peragaan pakaian adat, upacara adat, dan budaya tradisional lainnya. Di kolong rumah adat Bolaang Mongondow terdapat juga kantin makanan yang menjual aneka masakan khas Menado yang terkenal pedas.
Kota terdekat:
Koordinat:   6°18'1"S   106°54'0"E
Artikel ini terakhir diubah 6 tahun yang lalu