Anjungan Provinsi Sumatra Utara (DKI Jakarta)

Indonesia / Jawa Barat / Bekasi / DKI Jakarta / Jl. TMII, Cipayung-Jakarta Timur

Anjungan Sumatera Utara menampilkan enam buah rumah adat: rumah bolon Batak Simalungun, jabu bolon Batak Toba, siwaluh jabu Batak Karo, rumah Batak Pak-Pak Dairi, Nias, dan rumah Melayu. Pintu gerbang anjungan berwujud gapura bertuliskan horas mejuha juha (selamat datang).

Rumah adat Batak Simalungun pada dasarnya hampir sama dengan rumah adat Batak Toba, yakni rumah bolon. Kekhasannya terletak pada konstruksi bagian kaki bangunan, berupa susunan kayu bulat dengan cara menyilang dari sudut ke sudut. Ciri khas lainnya adalah atapnya yang diberi limasan berbentuk kepala kerbau lengkap dengan tanduknya. Pada bagian lain diberi hiasan berupa lukisan berwarna-warni: merah, putih, dan hitam.

Ragam hias rumah bolon antara lain sulempat pada tepian dinding bagian bawah, disebut sambahou, saling berkaitan, bermakna ikatan persatuan antar-masyarakat dengan dipimpin raja; hiasan kambing berlaga (hambing marsimbat), cermin kehidupan yang saling berkaitan sehingga melahirkan kekuatan dan kesatuan yang tak tergoyahkan. Hiasan pada bagian tutup keyong motif segitiga, cecak, ipon-ipon, dan bindu matogu yang menyerupai tumbuhan menjalar. Pada bagian ini biasanya diberi hiasan wajah manusia, bahi-bahi, lambang keramahan, kewaspadaan, dan tolak bala. Hiasan ipon-ipon berupa segi runcing, sebagai penangkal serangan roh jahat dari luar kampung.

Rumah adat Batak Karo, siwaluh jabu, beratap tiga tingkat dengan bentuk segi tiga, melambangkan tali pengikat tiga kelompok kerabat (rukuh atau singkep sitelu): yaitu pemberi gadis (kalimbuhu), penerima gadis (senina), dan kerabat semarga (anak beru). Di daerah asalnya, satu rumah dihuni oleh satu keluarga besar, terdiri empat sampai delapan keluarga. Pembagian ruang di dalam rumah tidak dinyatakan dengan sekat, namun oleh garis adat yang kuat meski tidak tampak. Tiap ruang memiliki nama dan aturan siapa yang harus menempatinya sesuai ketentuan adat.

Rumah-rumah adat Batak di anjungan ini berfungsi sebagai ruang peragaan berbagai aspek sejarah, tata kehidupan, dan benda-benda budaya, seperti pakaian adat, pelaminan, senjata tradisional, alat musik tradisional, dan ulos.

Rumah adat Nias, berasal dari Nias Selatan, berukuran lebih kecil daripada aslinya; persegi panjang menyerupai perahu. Bentuk rumah ini mengandung harapan: jika ada banjir, rumah dapat berfungsi sebagai perahu. Anak tangga ke pintu berjumlah ganjil, lima atau tujuh buah. Ada dua jenis pintu rumah: pintu biasa dan pintu horizontal dengan daun pintu membuka ke atas. Rumah memiliki dua ruang, yakni ruang pertama, berfungsi sebagai ruang tamu, tempat bermusyawarah, dan tempat tidur anak lelaki, serta ruang kedua, ruang keluarga (ferema) berfungsi sebagai ruang makan, tempat menerima tamu wanita, dapur, dan tempat tidur. Di halaman terdapat unggakan batu setinggi 2,5 meter untuk peragaan olah raga tradisional lompat batu.

Rumah adat Melayu diwakili rumah pesanggrahan dengan serambi depan berfungsi sebagai panggung, yang pada Minggu dan hari libur mementaskan aneka seni Batak dan Melayu, seperti gordang sembilan, sigale gale, lagu-lagu Batak, dan aneka tari Melayu.

Anjungan Sumatera Utara pernah dikunjungi tamu-tamu negara sahabat, antara lain Emir Kuwait Sheikh Jaber Al Ahmad Al Sabah (1980) dan Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev beserta istri (1995).
Kota terdekat:
Koordinat:   6°18'1"S   106°53'43"E
Artikel ini terakhir diubah 6 tahun yang lalu