Pesantren Perguruan KHZ.Musthafa Sukamanah Tasikmalaya
Indonesia /
Jawa Barat /
Singaparna /
World
/ Indonesia
/ Jawa Barat
/ Singaparna
/ Indonesia /
sekolah
Tambahkan kategori
K.H. Z. MUSTHAFA memimpin Pesantren Sukamanah selama kurang lebih 17 tahun. Tepat pada Jumat tanggal 1 Rabiul Awal 1363 H (25 Februari 1944 M), di pesantren ini terjadi pertempuran antara santri-santri Pesantren Sukamanah dengan tentara Jepang. Saat itu, K.H. Z. Musthafa ditangkap menjadi tawanan.
Berdasarkan dokumen dan kabar dari Kepala Kantor Erevel Belanda di Ancol, Jakarta, K.H. Z. Musthafa dan rekan-rekannya telah menjalani hukuman mati pada 25 Oktober 1944 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Belanda Ancol, Jakarta. Kemudian pada 25 Agustus 1973, jenazah K.H. Z. Musthafa dan 17 orang pengikutnya dipindahkan ke Makam Pahlawan Sukamanah.
Selama 17 tahun itulah, Al-Magfurlah K.H. Zainal Musthafa mampu mencetak beratus-ratus santri menjadi alim ulama yang cakap dalam memberikan pelajaran agama di tempat atau kampung halamannya masing-masing.
Berkat kepandaian dan kesuksesannya, para santri dari berbagai pelosok berdatangan untuk menimba ilmu padanya.
Kala itu, santri yang diasramakan pun mencapai 600 - 700 orang, mereka ditampung di enam asrama. Sedangkan santri yang tidak diasramakan (santri kalong) jumlahnya sepuluh kali lebih banyak. Sayangnya apa yang diraih K.H. Z. Musthafa tidak ada yang bisa menyamai. Sehingga selama enam tahun, pesantren yang memiliki nilai historis ini sempat mengalami masa vakum.
Baru pada 1950 K.H. Fuad Muhsin dan rekan-rekannya dengan bimbingan kakak kandung beliau,yaitu K.H. Wahab Muhsin Rahimahullah (Pimpinan Pesantren Sukahideng) bersama adiknya, K.U. Abdul Aziz, kembali melanjutkan dan merintis Pesantren Sukamanah. Dengan bertahap, namun pasti Pesantren Sukamanah kembali berkembang. Pada 1956, keduanya sepakat mendirikan Madrasah Ibtidaiah Sukahideng.
Pada 2006, K.H. Fuad Muhsin wafat, namun sebelumnya pada 1999 hingga kini kepemimpinan Pesantren Sukamanah diserahkan kepada putra pertamanya, K.H. A. Thahir Fuad. Tujuannya adalah melanjutkan perjuangan K.H. Z. Musthafa, khususnya di bidang pendidikan.
Penghargaan atas jasa-jasanya pun diberikan pemerintah. Namun jauh sebelum anugerah Pahlawan Nasional diberikan kepada K.H. Z. Musthafa, salah seorang santrinya, Syarif Hidayat yang telah bebas dari tahanan Jepang di Sukamiskin dan berhasil melanjutkan sekolah ke AMN Yogyakarta hingga menyandang gelar Letnan I, bersama rekan-rekan dan K.H. Wahab Muhsin (alm.) mendirikan Yayasan K.H. Z. Musthafa pada 17 Agustus 1959 dengan Akta Notaris No. 8 yang diperbarui dengan Akta Notaris No. 10 1999.
Yayasan ini hingga kini telah mempunyai dua pondok pesantren, yaitu Pondok Pesantren Sukahideng dan Pondok Pesantren Sukamanah, madrasah ibtidaiah, dua madrasah diniah, TKA/TPA, SMP, SMA, dan lembaga pelayanan masyarakat, meliputi koperasi pondok pesantren (kopontren) dan pos kesehatan pesantren (poskestren).
Di bawah pimpinan K.H. A. Thahir Fuad, Pesantren Sukamanah mengalami perubahan, fisik bangunan pesantren kini lebih kokoh. Dan sebanyak 600 santri putra dan putri dari berbagai daerah, mulai warga sekitar dari Tasikmalaya hingga Aceh, bahkan NTT, menimba ilmu agama di pesantren ini.
Pesantren yang memfokuskan diri pada pelajaran mengaji dan bersifat pendalaman ini senantiasa berharap pesantren yang ada saat ini tetap dengan jati dirinya, berjuang dan bertugas menegakkan syariat Islam serta mencerdaskan bangsa.
Pesantren Sukamanah saat ini hanya mendalami sekilas berbagai bidang ilmu selain agama untuk para santrinya. Pesantren ini belum memiliki spesifikasi dalam satu keahlian karena khawatir hal itu akan mengganggu tujuan pokok mereka, yakni mengaji, mendalami ilmu agama, dan menegakkan syariat Islam.
Bahkan Pesantren Sukamanah berharap pesantren lainnya di mana pun bisa membantu masyarakat dengan rasa aman dan tidak terpancing kemilau dunia yang sifatnya sementara, yang bisa membuat para penghuninya meninggalkan pesantren. Sesuai slogannya, pesantren adalah tempat menimba ilmu.
Jangan heran jika di pesantren yang memiliki 70 kamar asrama, masing-masing 34 kamar putra (Al-Munba Sumber) dan 36 kamar putri (Al-Muna Harapan) itu tak memiliki banyak kegiatan, meski menjelang bulan Ramadan atau peringatan lainnya sekalipun. Kalaupun ada kegiatan, tidak terlalu besar.
Kegiatan rutin yang dilakukan adalah pendalaman Alquran. Mulai sekira pukul 05.60 WIB hingga menjelang pagi, para santri usai salat subuh mengaji. Sedangkan bagi santri khusus (sansus) dimulai sekira pukul 06.00-07.30 WIB atau 09.00-10.30 WIB. Sore usai salat asar hingga magrib, dilanjutkan usai salat magrib hingga menjelang isya. Sansus pun mengaji usai salat isya hingga pukul 11.00 WIB.
Meski demikian, pesantren yang berada di tengah perumahan penduduk, Jln. Makam Pahlawan Nasional K.H. Z. Musthafa Desa Sukamanah, Sukarapih, Kec. Sukarame, Kab. Tasikmalaya, itu diakui para santrinya merupakan tempat terindah yang pernah mereka datangi. Walaupun harus jauh dari sanak saudara, namun di sana mereka mengaku mendapat ketenangan jiwa. (evi damayanti/"GM"/sumber pesantren sukamanah)**
Berdasarkan dokumen dan kabar dari Kepala Kantor Erevel Belanda di Ancol, Jakarta, K.H. Z. Musthafa dan rekan-rekannya telah menjalani hukuman mati pada 25 Oktober 1944 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Belanda Ancol, Jakarta. Kemudian pada 25 Agustus 1973, jenazah K.H. Z. Musthafa dan 17 orang pengikutnya dipindahkan ke Makam Pahlawan Sukamanah.
Selama 17 tahun itulah, Al-Magfurlah K.H. Zainal Musthafa mampu mencetak beratus-ratus santri menjadi alim ulama yang cakap dalam memberikan pelajaran agama di tempat atau kampung halamannya masing-masing.
Berkat kepandaian dan kesuksesannya, para santri dari berbagai pelosok berdatangan untuk menimba ilmu padanya.
Kala itu, santri yang diasramakan pun mencapai 600 - 700 orang, mereka ditampung di enam asrama. Sedangkan santri yang tidak diasramakan (santri kalong) jumlahnya sepuluh kali lebih banyak. Sayangnya apa yang diraih K.H. Z. Musthafa tidak ada yang bisa menyamai. Sehingga selama enam tahun, pesantren yang memiliki nilai historis ini sempat mengalami masa vakum.
Baru pada 1950 K.H. Fuad Muhsin dan rekan-rekannya dengan bimbingan kakak kandung beliau,yaitu K.H. Wahab Muhsin Rahimahullah (Pimpinan Pesantren Sukahideng) bersama adiknya, K.U. Abdul Aziz, kembali melanjutkan dan merintis Pesantren Sukamanah. Dengan bertahap, namun pasti Pesantren Sukamanah kembali berkembang. Pada 1956, keduanya sepakat mendirikan Madrasah Ibtidaiah Sukahideng.
Pada 2006, K.H. Fuad Muhsin wafat, namun sebelumnya pada 1999 hingga kini kepemimpinan Pesantren Sukamanah diserahkan kepada putra pertamanya, K.H. A. Thahir Fuad. Tujuannya adalah melanjutkan perjuangan K.H. Z. Musthafa, khususnya di bidang pendidikan.
Penghargaan atas jasa-jasanya pun diberikan pemerintah. Namun jauh sebelum anugerah Pahlawan Nasional diberikan kepada K.H. Z. Musthafa, salah seorang santrinya, Syarif Hidayat yang telah bebas dari tahanan Jepang di Sukamiskin dan berhasil melanjutkan sekolah ke AMN Yogyakarta hingga menyandang gelar Letnan I, bersama rekan-rekan dan K.H. Wahab Muhsin (alm.) mendirikan Yayasan K.H. Z. Musthafa pada 17 Agustus 1959 dengan Akta Notaris No. 8 yang diperbarui dengan Akta Notaris No. 10 1999.
Yayasan ini hingga kini telah mempunyai dua pondok pesantren, yaitu Pondok Pesantren Sukahideng dan Pondok Pesantren Sukamanah, madrasah ibtidaiah, dua madrasah diniah, TKA/TPA, SMP, SMA, dan lembaga pelayanan masyarakat, meliputi koperasi pondok pesantren (kopontren) dan pos kesehatan pesantren (poskestren).
Di bawah pimpinan K.H. A. Thahir Fuad, Pesantren Sukamanah mengalami perubahan, fisik bangunan pesantren kini lebih kokoh. Dan sebanyak 600 santri putra dan putri dari berbagai daerah, mulai warga sekitar dari Tasikmalaya hingga Aceh, bahkan NTT, menimba ilmu agama di pesantren ini.
Pesantren yang memfokuskan diri pada pelajaran mengaji dan bersifat pendalaman ini senantiasa berharap pesantren yang ada saat ini tetap dengan jati dirinya, berjuang dan bertugas menegakkan syariat Islam serta mencerdaskan bangsa.
Pesantren Sukamanah saat ini hanya mendalami sekilas berbagai bidang ilmu selain agama untuk para santrinya. Pesantren ini belum memiliki spesifikasi dalam satu keahlian karena khawatir hal itu akan mengganggu tujuan pokok mereka, yakni mengaji, mendalami ilmu agama, dan menegakkan syariat Islam.
Bahkan Pesantren Sukamanah berharap pesantren lainnya di mana pun bisa membantu masyarakat dengan rasa aman dan tidak terpancing kemilau dunia yang sifatnya sementara, yang bisa membuat para penghuninya meninggalkan pesantren. Sesuai slogannya, pesantren adalah tempat menimba ilmu.
Jangan heran jika di pesantren yang memiliki 70 kamar asrama, masing-masing 34 kamar putra (Al-Munba Sumber) dan 36 kamar putri (Al-Muna Harapan) itu tak memiliki banyak kegiatan, meski menjelang bulan Ramadan atau peringatan lainnya sekalipun. Kalaupun ada kegiatan, tidak terlalu besar.
Kegiatan rutin yang dilakukan adalah pendalaman Alquran. Mulai sekira pukul 05.60 WIB hingga menjelang pagi, para santri usai salat subuh mengaji. Sedangkan bagi santri khusus (sansus) dimulai sekira pukul 06.00-07.30 WIB atau 09.00-10.30 WIB. Sore usai salat asar hingga magrib, dilanjutkan usai salat magrib hingga menjelang isya. Sansus pun mengaji usai salat isya hingga pukul 11.00 WIB.
Meski demikian, pesantren yang berada di tengah perumahan penduduk, Jln. Makam Pahlawan Nasional K.H. Z. Musthafa Desa Sukamanah, Sukarapih, Kec. Sukarame, Kab. Tasikmalaya, itu diakui para santrinya merupakan tempat terindah yang pernah mereka datangi. Walaupun harus jauh dari sanak saudara, namun di sana mereka mengaku mendapat ketenangan jiwa. (evi damayanti/"GM"/sumber pesantren sukamanah)**
Kota terdekat:
Koordinat: 7°22'36"S 108°8'12"E
- MAN Sukamanah Tasikmalaya 0.1 km
- MTsN Sukamanah Tasikmalaya 0.3 km
- Pesantren Perguruan KHZ.Musthafa Sukahideng Tasikmalaya 0.4 km
- SMK Plus An Nuur 0.5 km
- SDN TALAGASARI, KAWALU 7.1 km
- SMP NEGERI 20 TASIKMALAYA 7.4 km
- SMA NEGERI 7 TASIKMALAYA 7.5 km
- SPP-SPMA TASIKMALAYA 10 km
- SMIK Tasikmalaya 11 km
- Pesantren Terpadu Nurul Amanah 16 km
- Desa Cilinga 2.5 km
- Kp. Cileungsing 3 km
- Panyingkiran Village 3.1 km
- Stadion Kab Tasikmalaya 3.2 km
- My Parent Residences (Candra Wiryadinata) Babakan Tonjong Sukamenak 3.9 km
- ASTA PASIR, CIBEUTI 4.8 km
- kmp.baru 5.1 km
- Cikedewul 5.4 km
- kawalu 5.4 km
- Kampung Nusalaksana, Leuwiliang 7 km
Komentar-komentar