Anjungan Provinsi Jawa Timur (DKI Jakarta)
Indonesia /
Jawa Barat /
Depok /
DKI Jakarta /
Jl. TMII, Cipayung-Jakarta Timur
World
/ Indonesia
/ Jawa Barat
/ Depok
/ Indonesia /
museum, pavilyun
Anjungan Jawa Timur menampilkan bangunan candi dan sejumlah rumah adat yang ditata dalam tiga halaman.
Dua patung raksasa Kotbuta dan Angkatbuta—perwujudan Patih Blambangan masa Raja Minak Jingga—mengapit jalan masuk sebelah utara anjungan Jawa Timur di halaman pertama. Di sisi kiri halaman ini terdapat tiruan Candi Tahun dari gugus Penataran dalam ukuran asli dengan patung Ganesya di dalamnya. Relief tembok sekitar halaman menggambarkan upacara penobatan Raden Wijaya, pendiri Majapahit, dan Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada. Di sisi lain ada patung Karapan Sapi dengan latar belakang bukit kapur alam Pulau Madura.
Di halaman kedua ada tugu bersegi sepuluh dengan sebelas keratan dan berujung runcing, tiruan Tugu Pahlawan Surabaya, berskala 1:5. Perjuangan 10 November digambarkan melalui Patung Patriot dengan bambu runcing di dekatnya. Di halaman ini juga terdapat tiruan Menara Masjid Ampel Surabaya untuk mengenang perkembangan agama Islam di Jawa Timur, khususnya di Surabaya. Di belakang gapura Paduraksa terdapat panggung terbuka dengan panjang 11 meter dan lebar 8 meter dilengkapi dengan lampu-lampu pencahayaan berikut gamelan slendro dan pelog untuk pementasan kesenian.
Halaman ketiga melukiskan alam pedesaan dengan rumah tradisional tipe Ponorogo—rumah seorang kepala desa—sebagai bangunan induk, berarsitektur joglo, bagian ruang depan berupa pendhapa dan bagian belakang terdiri atas sejumlah kamar dan dapur. Pendhapa digunakan untuk pameran pelbagai alat musik Jawa Timur, yakni seperangkat gamelan dan angklung dari Banyuwangi, alat musik patrol dari Jember dan seperangkat peralatan reog Ponorogo berikut sejumlah kesenian khas Ponorogo.
Rumah induk terbagi menjadi tiga ruang, yakni senthong kiwa, senthong tengah, dan senthong tengen. Senthong kiwa dan senthong tengen sebagai kamar tidur, sedang senthong tengah—menurut kepercayaan—dianggap sakral sebagai tempat persemayaman roh nenek moyang. Ruangan dalam ini digunakan untuk memamerkan pelbagai jenis pakaian adat, perabot tradisional, dan peragaan tari dalam bentuk boneka kecil.
Di sebelah kiri terdapat dhempil untuk tempat tidur orangtua yang dihubungkan dengan serambi belakang (pasepen). Di sebelah timur ada dapur, pendaringan, dan alat pertanian. Ruangan ini digunakan untuk memeragakan berbagai karya seni dan hasil kerajinan dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Bagian lain terdapat sejumlah rumah Madura, meliputi rumah tradisional Pamekasan, Sumenep, dan Bangkalan yang masing-masing memiliki kekhasan dan keunikan. Selain rumah adat Madura juga terdapat rumah tradisional Situbondo yang pembuatannya banyak menggunakan pasak sehingga mudah dibongkar dan dipindahkan. Yang unik pada rumah itu terdapat sangkar burung merpati (pagupon) tinggi di halaman rumah.
Seluruh rumah tradisional Madura di Anjungan Jawa Timur berfungsi untuk peragaan hasil kerajinan, pakaian adat, serta sejumlah perlengkapan rumah tangga dan upacara, antara lain lemari kuno, tempat jamu tradisional, wadah makanan upacara, senjata lambang kebangsawanan, dan perlengkapan kamar tidur.
Halaman anjungan ditanami tanaman khas Jawa Timur, antara lain sawo kecik, srikaya, mojo, puring, bambu tutul, dan mangga golek untuk lebih memberi gambaran lengkap mengenai keadaan alam.
Pada hari Minggu dan hari besar anjungan mementaskan pelbagai seni, antara lain tari remo, ludruk, gandrung Banyuwangi, tari kucingan, reog Ponorogo, wayang kulit, dan wayang wong; di samping mengadakan pelatihan tari Jawa-Timuran untuk umum.
Dua patung raksasa Kotbuta dan Angkatbuta—perwujudan Patih Blambangan masa Raja Minak Jingga—mengapit jalan masuk sebelah utara anjungan Jawa Timur di halaman pertama. Di sisi kiri halaman ini terdapat tiruan Candi Tahun dari gugus Penataran dalam ukuran asli dengan patung Ganesya di dalamnya. Relief tembok sekitar halaman menggambarkan upacara penobatan Raden Wijaya, pendiri Majapahit, dan Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada. Di sisi lain ada patung Karapan Sapi dengan latar belakang bukit kapur alam Pulau Madura.
Di halaman kedua ada tugu bersegi sepuluh dengan sebelas keratan dan berujung runcing, tiruan Tugu Pahlawan Surabaya, berskala 1:5. Perjuangan 10 November digambarkan melalui Patung Patriot dengan bambu runcing di dekatnya. Di halaman ini juga terdapat tiruan Menara Masjid Ampel Surabaya untuk mengenang perkembangan agama Islam di Jawa Timur, khususnya di Surabaya. Di belakang gapura Paduraksa terdapat panggung terbuka dengan panjang 11 meter dan lebar 8 meter dilengkapi dengan lampu-lampu pencahayaan berikut gamelan slendro dan pelog untuk pementasan kesenian.
Halaman ketiga melukiskan alam pedesaan dengan rumah tradisional tipe Ponorogo—rumah seorang kepala desa—sebagai bangunan induk, berarsitektur joglo, bagian ruang depan berupa pendhapa dan bagian belakang terdiri atas sejumlah kamar dan dapur. Pendhapa digunakan untuk pameran pelbagai alat musik Jawa Timur, yakni seperangkat gamelan dan angklung dari Banyuwangi, alat musik patrol dari Jember dan seperangkat peralatan reog Ponorogo berikut sejumlah kesenian khas Ponorogo.
Rumah induk terbagi menjadi tiga ruang, yakni senthong kiwa, senthong tengah, dan senthong tengen. Senthong kiwa dan senthong tengen sebagai kamar tidur, sedang senthong tengah—menurut kepercayaan—dianggap sakral sebagai tempat persemayaman roh nenek moyang. Ruangan dalam ini digunakan untuk memamerkan pelbagai jenis pakaian adat, perabot tradisional, dan peragaan tari dalam bentuk boneka kecil.
Di sebelah kiri terdapat dhempil untuk tempat tidur orangtua yang dihubungkan dengan serambi belakang (pasepen). Di sebelah timur ada dapur, pendaringan, dan alat pertanian. Ruangan ini digunakan untuk memeragakan berbagai karya seni dan hasil kerajinan dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Bagian lain terdapat sejumlah rumah Madura, meliputi rumah tradisional Pamekasan, Sumenep, dan Bangkalan yang masing-masing memiliki kekhasan dan keunikan. Selain rumah adat Madura juga terdapat rumah tradisional Situbondo yang pembuatannya banyak menggunakan pasak sehingga mudah dibongkar dan dipindahkan. Yang unik pada rumah itu terdapat sangkar burung merpati (pagupon) tinggi di halaman rumah.
Seluruh rumah tradisional Madura di Anjungan Jawa Timur berfungsi untuk peragaan hasil kerajinan, pakaian adat, serta sejumlah perlengkapan rumah tangga dan upacara, antara lain lemari kuno, tempat jamu tradisional, wadah makanan upacara, senjata lambang kebangsawanan, dan perlengkapan kamar tidur.
Halaman anjungan ditanami tanaman khas Jawa Timur, antara lain sawo kecik, srikaya, mojo, puring, bambu tutul, dan mangga golek untuk lebih memberi gambaran lengkap mengenai keadaan alam.
Pada hari Minggu dan hari besar anjungan mementaskan pelbagai seni, antara lain tari remo, ludruk, gandrung Banyuwangi, tari kucingan, reog Ponorogo, wayang kulit, dan wayang wong; di samping mengadakan pelatihan tari Jawa-Timuran untuk umum.
Kota terdekat:
Koordinat: 6°18'11"S 106°53'48"E
- Taman Mini Indonesia Indah (TMII) 2.2 km
- Gunung Tilu - PRAJA PUSAKA 155 km
- Pendopo Sekar Sejati Abah Kartalah Ked. Bunder 172 km
- bendan pete 434 km
- desa bendanpete rw,02 435 km
- Ngeposari ex Gombang/ngerjek /ndayakan/ 460 km
- Pondokrejo ex Sumber Mulyo 496 km
- Sowan 540 km
- Ds. Plandaan (sarang ..........................) 598 km
- Wilayah 614 km
- Miniatur Arsipel Indonesia 0.2 km
- Danau Air Tawar 0.3 km
- Taman Legenda Keong Emas 0.5 km
- Kampung Rasdan 1905 0.7 km
- Ceger 0.8 km
- Lubang Buaya 1.3 km
- Bambu Apus 1.4 km
- Komplek Masjid At Tin 1.5 km
- Pinang Ranti 2.1 km
- DKI Jakarta 11 km