Anjungan Provinsi Kalimantan Timur (DKI Jakarta)
Indonesia /
Jawa Barat /
Bekasi /
DKI Jakarta /
Jl. TMII, Cipayung-Jakarta Timur
World
/ Indonesia
/ Jawa Barat
/ Bekasi
/ Indonesia /
pavilyun
Tambahkan kategori
Anjungan Kalimantan Timur menampilkan rumah lamin dari suku Dayak Kenyah sebagai bangunan induk, lumbung padi (kerangking), tempat menyimpan mayat (lungun), bangunan panggung, dan sejumlah patung suku Dayak Bahau.
Lamin merupakan rumah panggung yang sangat panjang sambung-menyambung, ditempati puluhan keluarga—bahkan dapat menampung sampai 200 orang—sebagaimana rumah tradisional suku Dayak pada umumnya. Perbedaan hanya terletak pada nama dan rinciannya. Seluruh bahan bangunan dari kayu ulin berwarna hitam yang tahan lama.
Tata ruang lamin merupakan rangkaian bangunan yang sama, terdiri atas ruang los panjang yang berfungsi sebagai tempat pertemuan, pelaksanaan upacara adat, serta tempat tidur bagi laki-laki, pemuda, dan tamu laki-laki. Di kanan-kiri ruang depan terdapat bilik berderet-deret yang merupakan tempat tidur keluarga dan anak-anak gadis, sedangkan dapur untuk memasak dan tempat makan keluarga berada di belakang bilik-bilik tidur.
Hiasan lamin berupa ukiran yang mengandung makna dan lambang tertentu, berupa stilisasi pola bangun-berulang, pilin, dan kait-berkait membentuk hiasan abstrak dan khas, misalnya ular naga, burung enggang, cumi-cumi, serta topeng dan kerangka manusia. Bagi orang Dayak, naga merupakan lambang kesaktian, kekuatan, dan kepahlawanan; enggang melambangkan ketinggian derajat, keluhuran budi, dan sekaligus lambang kebangsawanan; cumi-cumi lambang kerakyatan; sedangakan topeng dan kerangka manusia lambang kedamaian. Warna-warna yang digunakan adalah kuning, merah, biru, dan putih, yang mengandung arti keagungan, keberanian, pengabdian, dan kesucian.
Di depan lamin terdapat dua deret patung manusia dan hewan sebagai penjaga lamin beserta seluruh penghuninya, beberapa di antaranya terdapat binatang, seperti kera dan buaya, di atas kepalanya. Menurut kepercayaan Dayak, patung yang menghadap ke timur atau arah matahari terbit mempunyai kekuatan membantu mendatangkan rejeki dan kebaikan, sedangkan patung yang menghadap ke selatan mempunyai fungsi sebagai penolak bala atau roh jahat yang akan mengganggu. Patung-patung itu dinamakan sambang lawing dalam bahasa Dayak Tunjung. Di dekat patung terdapat blontang, tiang kayu tingggi untuk mengikat atau menambatkan binatang korban—biasanya kerbau atau sapi—dalam upacara adat.
Di Anjungan Kalimantan Timur, lamin digunakan sebagai tempat peragaan berbagai benda budaya dan produk unggulan dari tiap kabupaten/kota, antara lain hasil kerajinan, lukisan berbagai upacara adat suku Dayak, serta benda upacara seperti guci dan tempayan. Di bagian lain terdapat berbagai hasil produksi Kalimantan Timur, pakaian dan senjata tradisional, serta peralatan khas suku Dayak.
Di belakang anjungan terdapat lungun, yakni peti berukir dan bertiang sebagai tempat menyimpan mayat pada suku Dayak Benuaq. Di sudut lain terdapat lumbung (kerangking), yang aslinya untuk menyimpan padi dan hasil panen suku Dayak Kenyah, di anjungan ini digunakan untuk kantor.
Bangunan panggung dengan latar ukir-ukiran yang berkesan meriah dimanfaatkan untuk pertunjukan kesenian pada hari Minggu dan hari libur, antara lain tari jepun, tari hudoq, dan upacara adat.
Anjungan Kalimantan Timur pernah dikunjungi tamu negara, antara lain istri Sekjen PBB, Ny. Kurt Waldheim, Wakil Presiden Iraq Taha Yassin Ramadhan, dan Presiden Madagaskar Therese Augustine Zafy.
Lamin merupakan rumah panggung yang sangat panjang sambung-menyambung, ditempati puluhan keluarga—bahkan dapat menampung sampai 200 orang—sebagaimana rumah tradisional suku Dayak pada umumnya. Perbedaan hanya terletak pada nama dan rinciannya. Seluruh bahan bangunan dari kayu ulin berwarna hitam yang tahan lama.
Tata ruang lamin merupakan rangkaian bangunan yang sama, terdiri atas ruang los panjang yang berfungsi sebagai tempat pertemuan, pelaksanaan upacara adat, serta tempat tidur bagi laki-laki, pemuda, dan tamu laki-laki. Di kanan-kiri ruang depan terdapat bilik berderet-deret yang merupakan tempat tidur keluarga dan anak-anak gadis, sedangkan dapur untuk memasak dan tempat makan keluarga berada di belakang bilik-bilik tidur.
Hiasan lamin berupa ukiran yang mengandung makna dan lambang tertentu, berupa stilisasi pola bangun-berulang, pilin, dan kait-berkait membentuk hiasan abstrak dan khas, misalnya ular naga, burung enggang, cumi-cumi, serta topeng dan kerangka manusia. Bagi orang Dayak, naga merupakan lambang kesaktian, kekuatan, dan kepahlawanan; enggang melambangkan ketinggian derajat, keluhuran budi, dan sekaligus lambang kebangsawanan; cumi-cumi lambang kerakyatan; sedangakan topeng dan kerangka manusia lambang kedamaian. Warna-warna yang digunakan adalah kuning, merah, biru, dan putih, yang mengandung arti keagungan, keberanian, pengabdian, dan kesucian.
Di depan lamin terdapat dua deret patung manusia dan hewan sebagai penjaga lamin beserta seluruh penghuninya, beberapa di antaranya terdapat binatang, seperti kera dan buaya, di atas kepalanya. Menurut kepercayaan Dayak, patung yang menghadap ke timur atau arah matahari terbit mempunyai kekuatan membantu mendatangkan rejeki dan kebaikan, sedangkan patung yang menghadap ke selatan mempunyai fungsi sebagai penolak bala atau roh jahat yang akan mengganggu. Patung-patung itu dinamakan sambang lawing dalam bahasa Dayak Tunjung. Di dekat patung terdapat blontang, tiang kayu tingggi untuk mengikat atau menambatkan binatang korban—biasanya kerbau atau sapi—dalam upacara adat.
Di Anjungan Kalimantan Timur, lamin digunakan sebagai tempat peragaan berbagai benda budaya dan produk unggulan dari tiap kabupaten/kota, antara lain hasil kerajinan, lukisan berbagai upacara adat suku Dayak, serta benda upacara seperti guci dan tempayan. Di bagian lain terdapat berbagai hasil produksi Kalimantan Timur, pakaian dan senjata tradisional, serta peralatan khas suku Dayak.
Di belakang anjungan terdapat lungun, yakni peti berukir dan bertiang sebagai tempat menyimpan mayat pada suku Dayak Benuaq. Di sudut lain terdapat lumbung (kerangking), yang aslinya untuk menyimpan padi dan hasil panen suku Dayak Kenyah, di anjungan ini digunakan untuk kantor.
Bangunan panggung dengan latar ukir-ukiran yang berkesan meriah dimanfaatkan untuk pertunjukan kesenian pada hari Minggu dan hari libur, antara lain tari jepun, tari hudoq, dan upacara adat.
Anjungan Kalimantan Timur pernah dikunjungi tamu negara, antara lain istri Sekjen PBB, Ny. Kurt Waldheim, Wakil Presiden Iraq Taha Yassin Ramadhan, dan Presiden Madagaskar Therese Augustine Zafy.
Kota terdekat:
Koordinat: 6°18'0"S 106°53'53"E
- Anjungan Provinsi Sulawesi Tengah 0.2 km
- Anjungan Provinsi Sulawesi Utara 0.2 km
- Anjungan Provinsi Sulawesi Tenggara 0.3 km
- Anjungan Provinsi Nusa Tenggara Barat 0.3 km
- Anjungan Provinsi Sulawesi Selatan 0.3 km
- Anjungan Provinsi Jawa Timur 0.3 km
- Anjungan Provinsi Jawa Tengah 0.4 km
- Anjungan Provinsi Lampung 0.5 km
- Anjungan Provinsi Jawa Barat 0.5 km
- Anjungan Provinsi DKI Jakarta 0.6 km
- Miniatur Arsipel Indonesia 0.2 km
- Taman Mini Indonesia Indah (TMII) 0.4 km
- Komplek Museum Keprajuritan 0.5 km
- Kampung Rasdan 1905 0.5 km
- Taman Budaya Tionghoa Indonesia 0.7 km
- Lubang Buaya 1 km
- Ceger 1.2 km
- Bambu Apus 1.6 km
- Setu 2.2 km
- DKI Jakarta 11 km